Seperti kasus Nenek Asyani yang diduga mencuri 7 batang kayu
jati milik Perum Perhutani sempat menjadi perhatian nasional. Menurut wanita
tua dari Situbondo, Jawa Timur tersebut, kayu jati itu dulunya ditebang oleh
almarhum suaminya dari lahan mereka sendiri yang kini telah dijual. Namun,
pihak Perhutani tetap mengatakan bahwa kayu jati itu berasal dari lahan milik
mereka dan bersikeras memperkarakan ulah Nenek Asyani itu. Dikarenakan hal ini,
sejak bulan Juli-Desember 2015, nenek asyani mendekam di dalam penjara untuk
menunggu proses persidangan. Pihak pengadilan memberikan ancaman maksimal 5
tahun penjara.
Alangkah tidak adilnya ketika seseorang yang hanya mencuri 7
batang kayu jati dihukum maksimal 5 tahun penjara. Banyak pencurian yang dapat
dikategorikan dalam pencurian ringan seperti kasus nenek Asyani divonis lebih
berat daripada koruptor-koruptor yang sudah jelas telah melakukan pencurian
dalam skala besar. Tapi kenapa hukuman yang diterima koruptor sangatlah ringan?
Itulah masalah ketidakadilan hukum di Indonesia. Kasus ketidakadilan hukum yang
dialami nenek Asyani dan rakyat lainnya mencerminkan bahwa hukum di Indonesia
itu tumpul ke atas tetapi runcing ke bawah.
Berbicara tentang cita-cita agak
sulit untuk menjawabnya. Karna sejak kecil aku punya banyak cita-cita yang
terus berubah seiring berjalannya waktu. Seingatku disaat aku masih kecil, aku
pernah bercita-cita ingin menjadi Astronot. Kalau tidak salah itu cita-citaku
sewaktu masih di bangku Sekolah Dasar. Sehabis membaca buku Ensiklopedia yang
aku dapatkan dari salah satu produk susu yang dulu aku gunakan. Aku membaca
disana ada nama orang-orang yang pernah mendarat di Bulan.
Aku membayangkan betapa menyenangkannya bisa pergi ke Bulan,
setelah mendarat disana aku akan menancapkan bendera Merah Putih di sana. Agar
semua orang di dunia tahu bahwa ada orang Indonesia yang pernah mendarat
disana. Betapa anehnya diriku dahulu, aku pernah memakai alat salon milik
mamaku yang biasa digunakan setelah creambath rambut. Yang biasa dipasang
dikepala lalu mengeluarkan uap hangat. Bentuknya sangat mirip dengan baju
Astronot pada bagian kepalanya. Jadi aku menggunakannya sambil berimajinasi
tentang aku yang berada di Bulan.Setelah aku beranjak dewasa aku berpikir
cita-citaku dahulu sangatlah unik dan agak sulit untuk dicapainya. Muculah
pengetahuan yang baru aku ketahui tentang keadaan di luar angkasa. Lalu aku-pun
memutuskan untuk merubah cita-citaku itu.
Disaat aku duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Cita-citaku yang awalmya menjadi Astronot berubah menjadi Dokter. Melihat
bagaimana Dokter yang bisa menyembuhkan para pasien yang terkena penyakit. Rasa
bahagia tercetak jelas di wajah mereka disaat penyakitnya bisa disembuhkan,
membuat hatiku tergerak ingin menjadi Dokter ketika aku sudah besar nanti.
Menjadi dokter relawan yang pergi ke desa-desa terpencil untuk menyembuhkan
penyakit penduduk yang tinggal disana.
Pada saat aku naik ke tingkat 3 SMP (Kelas IX) aku mulai
menyadari bahwa, aku tidak menyukai jika berhubungan dengan hal-hal yang
menjijikan. Misalnya, ketika seorang Dokter yang ingin memeriksa pasiennya. Pasien
tersebut adalah tipe orang yang malas untuk bebersih. Itulah hal yang paling
tidak bisa aku lakukan. Aku adalah tipe orang yang cinta dengan kebersihan.
Dari hal kecil saja contohnya, aku tidak seperti teman-temanku yang suka
meludah di jalan atau bersendawa setelah makan. Aku juga tidak kuat mencium bau
darah. Hal kecil tersebut saja sudah membuatku tidak nyaman. Sejak saat itulah
aku memutuskan untuk tidak menjadi Dokter.
Ketika aku sudah lebih beranjak dewasa (Saat aku sudah duduk
di bangku SMA) aku bercita-cita ingin menjadi seorang Guru. Karena Guru adalah
pahlawan tanpa tanda jasa. Sebelum aku duduk di bangku SMA aku seringkali
mengajari anak-anak yang tinggal di sekitar rumahku. Dan aku senang sekali
karena anak-anak terebut tumbuh menjadi anak yang pintar. Salah satu
diantaranya ada yang mendapatkan SMP negeri ternama di Depok. Padahal sulit
sekali untuk bisa berhasil masuk ke sekolah terebut.
Akan tetapi cita-citaku untuk menjadi seorang guru sudah
terhalang dengan tidak diterimanya aku disalah satu perguruan tinggi negeri.
Mamaku meminta aku untuk menjadi seorang guru. Aku sudah mengecewakannya, akan
tetapi selain memintaku untuk menjadi seorang guru, mama ku ingin aku mengambil
jurusan Teknik nantinya. Pada akhirnya aku memilih jurusan Teknik Industri,
bukan berarti aku mengambil jurusan ini karena paksaan dari orang tua. Selain itu, impianku adalah membantu membangun negeri ini. Agar menjadi negara maju dan negara yang lebih baik lagi , negara yang lebih mementingkan rakyatnya.
Kebetulan aku juga memang ingin
mengambil jurusan teknik. Karena peluang kerjanya cukup luas, terlebih lagi aku sangat menyukai
pelajaran fisika. Akupun sampai salat istikharah untuk mendapat jawaban dari
Allah mengenai jurusan yang akan aku pilih. Dan Allah menjawab jurusan inilah
yang harus aku ambil, jadi tanpa berpikir panjang aku segera memilih jurusan
ini. Meskipun jurusan ini cukup sulit aku yakin pasti bisa menjalaninya dengan
baik.
Saat ini impianku adalah lolos seleksi tahun depan di
perguruan tinggi negeri yang aku impikan. Selain itu, impianku yang sangat besar
adalah aku ingin bisa berkuliah di luar negeri dengan beasiwa di Jepang. Entah
itu S1 atau S2, itulah impianku sejak lama. Aku juga ingin sekali bisa
berkeliling dunia, dan membuat banyak orang menjadi mualaf. Aku berharap dapat
menggapai semua impianku dan menjadi orang yang sukses kelak nanti. Agar aku
dapat membahagiakan kedua orangtua ku dan seluruh keluargaku. Aku akan memberangkatkan mereka pergi haji
dengan uang hasil jerih payahku.
Teman-temanku yang menanyakan tentang apa cita-citaku selalu
tertawa setelah mendengar jawabannya. Keliling dunia? Apa itu salah?. Biarkan
mereka menertawakanku saat ini, tapi lihat suatu saat nanti akan aku buktikan kepada
mereka bahwa aku bisa berkeliling dunia. Aku tidak marah karena mereka
menertawakan impianku, aku hanya tersenyum menanggapinya. Tersenyum sambil
berdoa di dalam hati untuk menguatkan diriku sendiri, pendirianku tidak boleh
tergoyahkan hanya karena hal itu. Nothing is impossible, jika Allah sudah
berkehendak tidak ada yang mustahil baginya. “Kunfayakun”. Pandangan hidupku berpedoman pada kitab suci Al-Qur'an, DUIT (Do’a, Usaha,
Ikhtiar dan Tawakal) adalah empat prinsip yang saat ini aku pegang teguh.
Komentar
Posting Komentar